Menerima Jasa Desain Rumah, Desain Interior, RAB, dan Lukisan Mininimalis. Jika Berminat HUB. 0852-5548-8091 --

------------------------------------------------------------------------------------


Menerima Jasa Pemasangan Iklan Usaha Di Blog Kami Jika Berminat Hub 085 255 488 091


Breaking News

Jumat, 26 Desember 2014

Aspek-aspek yang perlu ditinjau dalam POE

  • Aspek fungsional, menyangkut segala aspek bangunan (setting lingkungan binaan) yang secara langsung mendukung kegiatan pemakai dengan segala atributnya (sebagai individu dan kelompok). Dinding, lantai dan langi-langit tidak secara langsung berpengaruh pada kegiatan pemakai. Tata ruang dan pengaturan lintasan misalnya, mempengaruhi kegiatan pemakai dan berlangsungnya fungsi secara keseluruhan. Kesalahan dalam perancangannya dapat menimbulkan tidak efesiennya suatu bangunan. Akibat selanjutnya yang paling serius adalah jika pemakai tidak dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan binaan tadi.
  • Aspek teknis, pemilik bangunan antara lain mengaharapkan bangunan aman, nyaman dan berumur panjang.harapan tersebut secara langsung akan menyangkut kondisi fisik bangunannya meliputi struktur, ventilasi, sanitasi dan pengaman bangunan serta sistem penyangganya.
  • Aspek perilaku, menghubungkan kegiatan pemakai dengan ligkungan fisiknya. Evaluasi perilaku adalah mengenai bagaiman kesejahteraan sosial dan psikologis pemakai dipengauruhi oleh rancangan bangunan. Beberapa permasalahan perilaku yang perlu diperhatikan misalnya proximity dan teritoriality, privacy dan interaksi, persepsi, citra dan makna, kognisidan orientasi.
  • Fokus evaluasi penelitian kali ini terdapat pada point ke tiga yaitu aspek perilaku. Hubungan antara ruang atau lingkungan binaan dengan pengguna ruang sangatlah erat. Ruang yang terancang dengan baik membuat psikologi penggunanya menjadi lebih baik. Dan bisa saja sebaliknya, ruang yang didesain seadanya tanpa memikirkan kondisi psikologi penggunanya kedepan akan berakibat fatal, mungkin saja akan ada ruang yang tidak berfungsi ataupun di alih fungsikan. Sehingga tolak ukur untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan bangunan adalah pada aspek perilaku pengguna ruang yakni ditingkat behavior settinngnya/pengaturan perilakunya, teritory/batasan wilayahnya dan privasinya.
    Kegiatan penelitian POE haruslah mempunyai proses dan prosedur penelitian. Mc Grath(dalam Soedibyo, 1989) menyatakan bahwa ada tingkat keputusan yang harus dilalui dalam melakukan penelitian yaitu strategi penelitian. Strategi ini menyangkut pendekatan dasar untuk penelitian seperti experimen laboratorium, experimen lapangan, studi lapangan dan lain-lain. Rancangan penelitian termasuk rencana garis besar dalam menyelesaikan strategi ini, misalnya waktu, tempat, responden dan lain-lain sebagainya. Sedang metode-metode penelitian termasuk di dalamnya prosedur analisis (kuesioner atau wawancara), formulir khusus untuk pengumpulan data dan lain-lain.

Secara tradisional proses perancangan arsitektural pada dasarnya mencakup dua hal pokok yang pelaksanaannya dilakukan secara berurutan dalam dua tahap yaitu (Danisworo, 1989):
1.    Tahap planning dan programming
2.    Tahap perancangan (design) yang biasanya terdiri dari tiga bagian:
a.    tahap pra rancangan
b.    tahap rancangan pengembangan
c.    tahap rancangan detail

proses perancangan arsitektur disebut kreatif, bahkan terkadang harus bersifat inovatif. Oleh karena proses arsitektur itu di dalam proses penjelmaannya dipengaruhi oleh dua jenis faktor lingkungan. Yang pertama adalah faktor yang dibentuk oleh lingkungan pemeran pembangunan, institusi pengendalian pembangunan serta tipologi dari pembangunan yang saling terkait di dalam proses perwujudan dari produk arsitektur tersebut. Sedangkan faktor lingkungan yang ke dua dibentuk oleh sub-sub faktor seperti iklim, budaya, masyarakat, teknologi dan kebutuhan.
    Berkembangnya POE memberi dimensi baru di dalam proses perancangan dengan dimaksudkan tahap ketiga di dalamnya yaitu tahap evaluasi:

Perlu dicatat bahwa yang di maksud dengan tahap evaluasi di dalam proses perancangan di sini bukan tahap evaluasi di dalam proses pembangunan. POE sendiri diterapkan pada setelah bangunan berdiri dan telah digunakan. Di dalam proses perancangan maka pengalaman empiris yang telah dibakukan di dalam suatu pusat informasi atau data-base, dimanfaatkan sebagai basis untuk melakukan suatu kajian atas hasil/produk suatu perancangan. Dengan kata lain hasil rancangan tersebut diuji kemampuan/kinerjanya melalui suatu proses simulasi. Untuk ditentukan apakah hasil rancangan tesebut telah dapat memenuhi berbagai kriteria perancangan yang telah dirumuskan dalam tahap sebelumnya. Hasil kajian kemudian akan merupakan umpan balik bagi penyempurnaan tahap analisa. Dengan demikian diharapkan bahwa produk arsitektur yang akan terwujud kemudian benar-benar dapat sejauh mungkin memenuhi (atau berkompromi dengan) berbagai persyaratan/kriteria perancangan yang telah ditetapkan.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Designed By VungTauZ.Com